THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Senin, 22 Maret 2010

Luf Her so...

Aq mungkin ga sejago mimi tulis puisi..
Mungkin juga aq bukan org yg pandai mengolah kata menjadi penuh makna..
Aq cm bisa bicara apa adanya..
Bersikap apa adanya..
Mimi sanggup merubah kekakuan sifatq..G ada saat BT tow Ngelamun kl ma mimi..semua penuh tawa..semua penuh ceria..penuh warna..
Mimi yg penuh kejutan..mimi yg penuh banyolan..mimi yg seakan g pernah habis bahan wat bikin setiap orang yg bersamanya menikmati cerianya dunia..
Usia mmg g jamin kedewasaan seseorang, seringkali q d buat tercengang oleh cara pandang & berfikir mimi..lbh dewasa dari usiax..bahkan lbh dewasa dr aq..
Semakin aq mengenalx..habiskan waktu bersamax..saat susah, saat sedih, sll jadi saat2 bahagia..
Semakin q takut kehilangannya..meski aq percaya besarnya rasa yg mimi punya wat aq..smp kapanpun ketakutan mimi pergi dariq kan sll ada..mungkin rasa itu hanya akan hilang bila aq menutup mata........................................I Luf U so Much Mimi.....

Sabtu, 20 Maret 2010

Ng'Date On The RoaD.... *NgeGemBeL MoDe On.... :)) -- 200310

HuiiiFFF...


Hari yang melelahkan....
Tp cukup Surprise,,,
TerNyata PerBedaan Usia Yang Jaoh,
Gak Bikin dy MindeR waT ikuTin cara Gw...
Cara Gw yg cuek...
Yg masih pgn kumpul2...
Jalan2 Gak jelas....(Tapi bukan MaLL yeee...) kRn Gw paling gak suka Jalan Di MaLL Ge.Je


KaGa nyaNgka...
Dapat SMS... "Mau NongKrong Dikota TUa gak???"
TuMbennn Bgt GetO....
Jarang2 ada kesempatan itu...
Nongkrong Bergila n bernarsis ria di KOta Tua...
Beli eS Potong... Seru Bgt... Gw kira dy bukan tipe org yang doyan jajanan begono....
Bener2 Surprise....
Trs jalan ke senayan gak jelas...


Di Stadion..
Jalan2 di tengah pepohonan n di temani gerimis .... *India Mode On...
So Sweet Bgt....So Romantic...
FeelNya udah dapat,, di ajak kisses di situ gak mau...
Uhhhhh..................... *kecewa MOde On..


Di Lanjutin ketemu anak2 IPP di lapangan MPR, Maen BuLtang...
AwaLnya malu2....
Giliran dah maen,,,lupa waktu...hahaha...daasaR Pippiih... :D
Pulang kemaleman...
Kasian Pipih...
Maff DaH rePotin Pipih.....
But...Thanks For Today....


LuF U....

Senin, 15 Maret 2010

CinTa TeRLarang...

Jalanan sedang macet, hujan pun turun dengan derasnya. Tapi semua orang pasti tak menyadari bahwa di sana, di antara banyak mobil yang terbaris rapi dan pasrah menanti keajaiban waktu yang akan membawa mereka menuju kebebasan untuk berjalan dengan bebasnya tanpa ada gangguan sedikitpun, ataupun klakson – klakson mobil di belakang mereka yang sangat mengganggu, ada satu mobil yang sangat cemas, lebih cemas dari seorang anak ayam yang kehilangan induknya, dan sangat lebih cemas daripada menanti hasil ujian masuk sekolah ataupun universitas.
Tak akan ada orang yang mengira bahwa, di dalam mobil berwarna biru tua itu ada pengharapan yang sangat banyak dari seseorang, pengharapan yang cemas dan sedih. Tak ada yang dapat mengharap dengan secemas itu kecuali seorang perempuan berumur 26 tahun yang saat itu sedang duduk di balik kemudi mobilnya. Tangan kirinya memegang kemudi mobilnya, sementara tangannya yang lain menyangga kepalanya sembari bersandar pada pijakan di bawah kaca jendela.
Perempuan itu menghadap ke depan dengan pandangan yang sepertinya kosong tetapi sebenarnya ada sesuatu hal yang sangat dia pikirkan dan sangat ia cemaskan. Ia mengingat Oky, mengingat semuanya yang telah ia lalui bersamanya. Ia berusaha mengingat dengan keras akan semua yang telah terjadi pada mereka. Perkenalan, persahabatan, lalu.. hubungan yang lebih daripada persahabatan.
Ah, tiba – tiba ia merasa menyesal. Seandainya ia tak pernah mengenal Oky selama ini. Seandainya juga Santi, teman kuliahnya, tak pernah mengenalkannya pada Oky. Seandainya pada malam perkenalan mereka dulu, ia tak memaksakan diri untuk datang padahal ia sedang sakit flu saat itu. Seandainya, seandainya, dan seandainya. Mungkin ada lebih dari seribu kata yang berawalan seandainya, kalau ia terus menerus menyesali semua keadaan yang telah membawanya sampai saat ini. Sampai ia merasa secemas ini.
Ia terdiam lesu, lalu menghembuskan nafasnya. Diambilnya handphone kesayangannya dari saku celananya.” Krieeeet…” ia tersenyum sejenak, dasar handphone tua, saat ia membuka bagian atas handphonenya yang juga menjadi layar handphonenya, akan selalu berbunyi aneh seperti itu. Mungkin di dalamya telah banyak kandungan karat, dan ia sangat yakin kalau sebentar lagi handphone nya akan menjadi seonggok besi tua.
Ia langsung membuka bagian pesan. Lalu, membuka kotak masuk dengan cepat. Di dalamnya berderet pesan – pesan dari teman- temannya. Tapi bukan itu tujuannya, ia mencari lebih bawah lagi bagian dari kotak masuknya. Sampai ia menemukan pesan itu. Dan ia menemukannya. Pesan aneh yang berasal dari nomor yang tak dikenal. Terkirim padanya pada pukul 07.30, dan hanya berisi : “ Ri, tolong aku…datanglah ke tempatku pagi ini. Temui aku atau aku akan menyusul mamaku pagi ini.”
Ia menghela nafas panjang. Sekarang sudah jam 16.34 sore. Dan itu artinya ia telah terlambat. Terlalu terlambat untuk datang ke rumahnya dan berkata sambil membuka pintu, “ Hai, aku telah memilih untuk datang ke tempatmu. Jangan berbuat yang aneh – aneh ya…” atau “ Ky, please…aku khawatir sama kamu, jangan berbuat seperti ini. Aku tidak ingin kamu ada apa – apa.” Atau ini “ Sayang, aku cinta kamu…aku tidak ingin kehilangan kamu. Tolong jangan lakukan itu lagi sayang, aku janji tak akan pernah meninggalkanmu lagi. Dan aku akan tinggal di sini selamanya.”
Dan, oh….ia berpikir mengapa ia harus secemas ini, mengapa ia harus sekhawatir saat ini. Pesan aneh itu bukan berarti dari Oky, bisa saja pesan itu dikirim orang iseng yang suka membuat orang lain cemas, atau dari mantan- mantan pacarnya yang sampai sekarang ia tidak tahu mereka ada di mana. Tapi, ia tahu batas keisengan tak akan sampai untuk menulis pesan yang seserius itu. Intinya, hati kecilnya telah mengetahui bahwa pesan itu berasal dari Oky. Sepertinya, segala bentuk apapun pesan yang telah dikirim Oky, walaupun memakai nomor yang berbeda – beda, ia tahu bahwa pengirimnya adalah Oky. Dan betapa bodohnya ia kalau ia belum sadar bahwa ia telah benar – benar telah memahami Oky, padahal selama 8 tahun ia telah berkomitmen dengannya.
Ia sadar ia kini merasa sangat bodoh. Benar – benar bodoh. Bagaimana mungkin ia rela menukar nyawa orang yang telah dia kasihi selama 8 tahun dengan pekerjaan yang tidak penting di kantornya. Sedari pagi, tepatnya saat setelah ia mendapatkan pesan aneh itu. Ia bingung dan cemas tak karuan. Ia tahu siapa yang mengirim pesan itu, tapi pikirannya menentangnya, jadilah ia menanggap bahwa si pengirim pesan itu bukanlah Oky. Tapi hati kecilnya menghapuskan pemikiran itu, menjadikan ia berpikir bahwa pengirim pesan itu adalah Oky. Mengingatkannya bahwa Oky tengah di ujung maut. Di antara menunggu kedatangannya sebagai pahlawan penyelamat jiwa dan raga Oky, dan salah satunya lagi, menantikan gandengan tangan dari mamanya tercinta yang telah meninggal setahun yang lalu.
Dan ia tak ingin terus menerus mengingat pesan aneh itu, atau lebih tepatnya ia mengabaikannya. Padahal di kantornya ia sedang luang, tak ada pekerjaan yang penting, tak ada rapat – rapat yang menjemukan, kesimpulannya waktunya sangatlah senggang. Tapi baru kali ini ia sangat menggubris waktunya yang tidak penting. Ia menggunakannya untuk menelepon teman – temannya, saudara – saudaranya, dan suaminya.
Ya, ia telah bersuami, dan mereka menikah setahun yang lalu. Ia menganggapnya saat itu saat yang membahagiakan. Bukan membahagiakan untuknya, akan tetapi untuk keluarganya. Terjawab sudah pertanyaan – pertanyaan tetangga ataupun para kerabat yang menanyakan :” Kapan menikah, mbak Risa? “ atau menyindirnya dengan kalimat seperti ini : “ Mbak Risa sudah punya cowok belum sih, kok saya tidak pernah lihat cowoknya? Atau Tante kenalin sama si ini? Atau si itu?”
Aaaaaaarrrrrgh…. ia sudah bosan dengan pertanyaan yang memojokkan dan menyindir seperti itu. Dan akhirnya ia berniat menjawab pertanyaan – pertanyaan itu dengan sempurna. Ia menerima lamaran seorang eksekutif muda yang tampan, keren, sabar, dan yang paling penting, setia. Memang, Oky juga ia kategorikan setia, terlalu setia malah, tetapi Oky tak akan bisa membuat ia dan keluarganya sebahagia ini.Dan mungkin keluarganya akan sangat malu akan hubungan Rida dan Oky.
Ia tersadar sekarang ia menyesal telah mencintainya. Ia dan Oky tak akan mungkin bersatu, memang mereka sangat sama, tapi persamaan itu tak akan membawa mereka menjadi satu. Dan semua hal itu telah Ia katakan kepada Oky setahun yang lalu, tahun terakhir saat Ia memutuskan hubungan mereka.
“ Mengapa tidak bisa, Ri? Kita bisa hidup bersama, kita harus berusaha Sayang..” tentang Oky sambil setengah menangis.
“Tidak akan pernah Ky, kita tidak akan pernah bersatu. Aku cinta kamu, tapi aku tidak sanggup. Sudahlah, lupakan segalanya Ky..” jawabnya.
“Ri, please..”
Ia terdiam sambil membayangkan betapa nelangsanya Oky saat itu. Tapi ia tak bisa melanjutkan hubungan yang tidak jelas ujungnya. Menurutnya, akhir dari suatu hubungan hanyalah : bahagia dengan pernikahan. Tapi mereka tak akan bisa melakukannya. Dan mulai detik itu juga, ia meninggalkan Oky, melupakan segala yang mereka lalui untuk selamanya. Tapi bukan berarti ia tidak tahu selama setahun terakhir ini Oky mencarinya entah dengan cara apa. Tapi telah berulang kali juga ia mengganti nomor handphonenya hanya karena Oky telah mengetahuinya.
“Tiiiiiiin…..Tiiiiiiin!” Suara klakson mobil dari belakang mobilnya sontak menghamburkan lamunannya. Di depannya ternyata telah kosong, mobil- mobil telah berada jauh di depannya. Ia segera memacu gas mobil dengan cepat. Lalu, setelah dirasa jaraknya cukup dengan mobil di depannya, ia berhenti kembali. Kembali beradu dengan kemacetan dan bertanding melawan rasa cemas dan kekhawatiran.
Sambil meremas- remas jarinya ia berpikir, bagaimana kalau ia pulang saja ke rumahnya. Melupakan isi pesan aneh yang sangat mengganggu itu. Lalu menunggu suaminya pulang ke rumah sambil mempersiapkan secangkir kopi panas, dan mempersiapkan telinganya untuk mendengarkan segala cerita dari suaminya. Dan mempersiapkan mulutnya untuk bercerita segala sesuatu yang telah dialaminya pagi ini, termasuk pesan singkat yang aneh itu. Ah tidak, ia tidak sebodoh itu hingga akan melakukan hal itu. Bahkan suaminya tak pernah tahu bahwa ia mempunyai seorang mantan pacar bernama Oky. Oky adalah masa lalunya yang teramat buruk dan dosa.
Ia pernah tinggal serumah dengan Oky selama satu bulan, dan tak ada seorang pun yang merasa curiga akan hubungan tidak wajar itu. Atau orang - orang pikir mereka telah menikah. Bah, guyonan macam apa itu, mereka berdua tak akan bisa menikah!. Tapi ia tak bisa menghindari segala yang telah terjdi padanya dan Oky selalu ia rindukan. Belaian tangannya yang sangat berbeda, pelukannya, dan ciumannya. Semuanya berbeda dengan yang ia alami sekarang. Tapi, ia berusaha menghindarinya.
Ia baru merasakan di dalam mobilnya sedari tadi terasa sangat hampa. Tak ada musik, tak ada apapun yang bisa didengar. Rupanya suara klakson – klakson mobil dari luar menutupi kehampaannya dari dalam mobil. Segera ia menyalakan radio mobilnya, ia mencari – cari stereo mana yang pas, akan tetapi semuanya membosankan, hanya ada musik yang akan membuat hatinya bertambah tak karuan dan cemas. Lalu di sore hari seperti ini kebanyakan menyiarkan berita – berita yang telah terjadi di pagi tadi. Dan akhirnya telinganya tertuju oleh suatu berita yang kedengarannya menarik untuk didengarkan.
“ Para pendengar, sore ini kita sedang berduka. Siang tadi, tepatnya pada pukul 14.00 siang warga di Perumahan Kemuning menemukan jasad seorang wanita di dalam rumah yang berlokasi di Jalan Kemuning raya no 13. Warga terpaksa mendobrak pintu rumah karena mendengar suara jeritan yang sangat keras sebelumnya. Akan tetapi nyawa korban tidak dapat diselamatkan. Diduga penyebabnya adalah bunuh diri. Seluruh tubuh wanita itu digores benda tajam yang sangat dalam, termasuk wajahnya. Warga dan penjaga keamanan sempat kesulitan mengenali siapa wanita itu. Hingga akhirnya diketahui bahwa korban adalah penulis buku yang sangat terkenal baru – baru ini yang bernama Isandra Okyta. Di tangan korban tergenggam kertas yang bertuliskan “ Ri”. Lalu..”
Rida mematikan radio yang dinyalakannya itu dengan kasar. Menghentikan keriuhan dalam mobilnya berganti dengan kesenyapan. Kesenyapan di hatinya dan di akalnya. Ia membisu dan tak dapat menahan diri untuk meneteskan air mata. Ia terlambat, tapi bukankah itu tadi yang diinginkannya? Bukankah ia berniat mengacuhkannya? Air matanya mengalir semakin keras dari kedua matanya. Ia mengakui bahwa ia telah membunuh Oky. Ia membunuh jiwa, raga, dan perasaanya. Ia menangis semakin keras, lama sekali, lalu mengakhirinya dengan senyuman kecil. Ia pembunuh besar yang tersembunyi di dalam hati kecilnya.

2 Jam yang CuKup NyembuHin luka krn 4Hari

Hmmm....


4 hari airmata ini jatuh sia2,,,
terbayar oleh waktu 2 jam saJa...


Seneng...
WalaU sebenarnya hati ini blm merasa Puas...
Tapi itu masih lebih baik...


Thanks buat waktu nya hari ini Pih..

Sabtu, 13 Maret 2010

Apa Yg TerJadi DaLam HiDupKu????

Jika terang itu ada
mengapa yang ku lihat hanya gelap?
Jika nyanyian indah itu ada
mengapa yang ku dengar hany
a tangis dan jeritan semata?
Jika indah itu ada
mengapa buruk yang ku terima?
Jika warna-warni hidup itu ada
mengapa hidupku hanya kelam dan kelabu?
Jika cinta itu bahagia
mengapa cintaku slalu berduka?
Jika mentari itu hangat
mengapa mendung menggelayutiku?
mengapa tak menghangatkan hatiku?
mengapa sinarnya tak mampu menembus pekat awan kelamku?
Jika hujan menyegarkan
mengapa yang kurasa hanya dingin?
mengapa hujan tak mampu menyingkirkan debu-debu liar di hatiku?
Ataukah aku yang kurang
bahkan tak mampu bersyukur?

TErPeraNgKap KeBisuAn


hanya diam yang aku punya
saat seribu pertanyaan menderaku
tersudut pada keadaan
dan waktu terus menyeretku

aku masih saja diam
satu persatu memaksaku berbicara
namun aku hanya bisa diam

biarkan pertanyaan ini tetap,
menjadi pertanyaan selamanya
mengeja lewat sorot mata
serta likuk raut wajah
dan tak akan satu kata pun keluar

sudah,
biarkan aku dalam kebisuan ini
jangan paksa aku bicara
saat ini yang ku butuhkan hanyalah diam

diam.....diam....dan Diam....


HinGga Aku MerasA

Warna-warni itu…
tak tajam tapi menusuk
ketika gerimis datang…
aura untuk merefleksei

Kusadari… diri ini hanya serpihan…
yang tersesat di padang ilalang

Ketika semuanya sama
kurindukan alunannya
yang menghembus ke sanubari
dan membawaku terbang

Hingga aku merasa
tidak kalah tinggi dari awan

Diterangi gemerlap bintang
hamparan angan menuntunku

agar tak gentar melompat
dan tidak lelah berlalri

hingga aku merasa
tidak kalah ringan dari dari daun

Jumat, 12 Maret 2010

CemBuRu.....

Entah kenapa…
Mengapa dan bagaimana…
Harus katakan bahwa Hati ingin diam
Itu karena,
Tak mungkin terlepas berurai kata itu
Dan tak berani terucap perasaan,
Bila hanya kan sakiti hati
Itu karena,
Hanya bisa memendam tanpa syarat
Terhentak menolak perihnya
Akankah tersampaikan rasa semacam ini?
Kini,telah ada rasa
Sebuah garis bawah,
Agar titik itu takkan terulang
Bahwa,
Akan membunuh perasaan itu dalam Hati ini
Akan ada kosong, mati…
Takkan ada lagi cemburu ini yang kan sakiti
Sebuah Hati yang tercintai

Kamis, 11 Maret 2010

LiTTLe MemoRiEs @ xxxx CaFE SBy...

Aku duduk di sebuah pojok kafe dengan segelas Muscat dalam suasana malam yang dingin mencari hangat. Kafe ini berlantai empat. Di tingkat kedua di lantai atas suasananya memang terbuka. Tidak ada jendela, tidak ada kaca yang membatasi ruangan dengan malam di luar sana. Aku rasa ruangan ini memang didesain sedemikian rupa untuk para pecandu nikotin yang tak membutuhkan pembatas udara.
Lingkar syal kurekatkan erat mengelilingi leher. Udara malam ini memang dingin, walau sweater PUMA ini sudah rapat membungkus tubuh dengan model turtle neck aku tetap membutuhkan syal penambah hangat. Maklum, udara dingin memang tak pernah menjadi sahabat. Meskipun bukan sahabat atau teman dekat, aku tak peduli. Aku hanya ingin menghilangkan penat dan menghibur diri. Dingin ini tak bisa menghalangi keinginanku untuk menikmati musik-musik favorit yang terlantun lembut menjadi rileks penenang suasana hati.
Duduk menikmati suasana dalam rintik hujan memang hal yang begitu aku nikmati. Sendiri pun tak masalah. Aku suka sendiri. Aku suka malam. Aku suka hujan yang tak terlalu hujan. Aku suka pojokan. Aku suka iringan musik jazz yang dimainkan merangsang indra pendengaran khusus di Rabu malam, di sebuah kafe yang sudah menjadi langganan.

Dari sudut tempatku duduk, mataku bebas membauri suasana memperhatikan siapa saja, yang datang, yang pergi, yang bertemu muka, yang dimabuk asmara, yang berbicara, yang tertawa-tawa, atau yang sekedar menikmati musik dalam suasana, seperti aku. Dari sudut ini, mataku juga dapat dengan jelas memperhatikan seorang lelaki yang duduk sendiri dengan segelas kopi dan laptop yang menemani. Tubuhnya tinggi dengan usia yang terbilang cukup mapan bagi lelaki. Penampilannya klenis dan sangat rapi. Sebentar-sebentar ia melirik arloji yang ada di pergelangan tangan kiri, seperti seseorang yang punya janji. Sebentar-sebentar ia memperhatikan sekelilingnya, mengamati orang-orang di dalam ruangan. Sebentar-sebentar ia kembali memperhatikan layar LCD lalu sibuk sendiri. Beberapa menit lagi, ia akan kembali melirik arloji, memperhatikan sekeliling, kembali mengalihkan tatapan pada layar LCD, dan berakhir resah sendiri. Ia pasti sedang mempunyai janji. Mungkin dengan seorang klien yang berkaitan dengan pekerjaan. Tapi, bisa saja bukan. Penampilannya begitu tidak formal dengan kaos tenis berkerah dan celana jeans. Aku rasa laptop itu dibawa khusus menemaninya membunuh waktu sambil browsing di dunia maya, menunggu seseorang yang belum juga datang.

Tatapanku beralih, kini memperhatikan orang-orang yang lalu lalang di jalan di luar sana. Musik mulai berganti. Aku mengenal betul musik yang baru saja dimainkan beberapa ketukan. Dream A Little Dream. Hanya iringan instrumen tanpa suara. Aku begitu menggilai musik ini. Apalagi bila terlantun lembut dalam lagu oleh suara sexy seorang Laura Fygi.

Star shining bright above you, night breezes seem to whisper, I love you.
Birds singing in the sycamore tree, dream a little dream of me.’
Say nighty-night and kiss me.
Just hold me tight and tell me you’ll miss me.
While i’m alone and blue as can be, dream a little dream of me.

Malam ini memang sepi. Tapi, tak ada bintang di atas sana, karena mendung ditutupi awan yang suram dan dilewati bersama hujan. Hujan rintik-rintik. Hanya angin yang bertiup semilir mempermainkan suasana, namun tak ada bisikan yang menyatakan cinta. Tidak ada juga burung yang bernyanyi karena ini sudah malam. Dan di kota tak ada burung yang bernyanyi. Apalagi di malam hari. Tidak ada ucapan selamat malam. Tidak ada kecupan. Tidak ada pelukan erat dan tidak ada uraian yang mengatakan kerinduan. Dan aku memang sendiri dalam sadar yang nyata berangan berimajinasi menembus mimpi. Mimpiku sendiri.

Aku menenggak Muscat dalam sebuah gelas kaca, seakan ingin berbagi dalam rasa. Tak ada manusia, tak masalah bagiku hanya berteman anggur saja. Jauh di tubuhku, di dalam sana, aku ingin mereka tahu segala konflik perasaanku, rinduku, sepi sendiri tempatku berlari dalam lantunan musik yang menemani malam ini.
“Hai. Sendiri aja?”
“Oh, hai. Iya.”
“Apa kabar? Boleh aku ikut duduk di sini?”
“Cukup baik. Silahkan.”
“Serius tidak akan menggangu?”
“Sama sekali tidak.”
Entah senang atau kesal sendiri, aku tidak mengerti. Perasaanku memang terusik saat kesendirian yang tengah kunikmati terganggu dengan kedatangan "Wanita". Tetapi "Wanita" tampan, seorang kenalan yang wajahnya mirip dewa Yunani ini sungguh begitu sayang untuk dilewati. Dewa Yunani? Aku tertawa geli memikirkan julukan yang sedari dulu kuberi untuk "Wanita" ini. Aku ini seperti seorang yang sok mengenal dewa. Dewa Yunani, pula. Seperti orang yang pernah bertemu saja. Apa pernah? Tidak. Tapi sungguh aku benar-benar tak tahu bagaimana lagi menggambarkan keindahan "Wanita" ini. Ia tampan bahkan melebihi tampan. Setahuku bangsa Yunani adalah ras yang memiliki keindahan hampir sempurna. Jadi begitulah ia. Hampir sempurna. Bahkan kurasa mendekati sempurna untuk ukuran fisik manusia. Mungkin seperti dewa. Pencitraan bangsa mereka yang tak pernah kupercaya ada. Tapi, sudahlah. Itu pencitraanku saja. Yang berdiri di depanku saat ini manusia. Dan ia nyata.
Ia berbagi minuman yang sama denganku. Matanya lekat menatap. Seakan mencoba menangkap dua bola mataku dalam gelap, sesaat setelah pelayan pergi mengantarkan segelas sloki.

“Kenapa ada seorang gadis secantik ini menikmati sepi di pojok ruangan sendiri?”
Gimme a break, Ren. Don’t start to flirt. Your flattering cut no ice with me.”
“Ok… ok. Tanpa motif merayu deh. Kenapa sendiri?”
“Cuma ingin sendiri. Apa melanggar hukum kalau seseorang ingin sendiri.”
“Tidak sama sekali. Kalau begitu kita berjodoh malam ini. Seorang "Wanita" yang sendiri, bertemu dengan seorang wanita yang juga sedang sendiri. Sempurna sekali.”
Musik. Muscat. Dia. Aku. Cerita.

Menjadi seorang discjockey di sebuah Cafe memang membuat ia memiliki cerita yang lebih dari sekedar biasa. Waktu pertama kali bertemu dengannya di pagi buta ketika pulang berpeluh keringat setelah berjingkrak ia sudah menjadi orang yang enak diajak berbicara, dan senang berbagi cerita. Aku selalu suka cerita. Apalagi cerita tak biasa oleh orang yang dipenuhi pengalaman-pengalaman gila. Bagiku pengalaman-pengalaman hidup itu membuat seseorang terkesan matang dan sexy. Apalagi "Wanita" ini. "Wanita" yang tengah duduk di hadapanku berbagi anggur. Sex appeal-nya semakin menonjol kuat, tersirat, bukan dari bentuk tubuh atau wajah yang memang sudah seperti itu. Tapi menyentuh syaraf perangsang melalui kata-kata yang terurai lewat mata yang bercerita, ekspresi muka yang penuh makna, dan suara yang begitu menggoda. She is just that beautiful. Shit! It makes me a fool. Damn!

Menit-menit selanjutnya dilewati bercengkrama dengan "Wanita" ini. Berbagi cerita. Berhihi haha. Lalu tipsy bersama. Tapi, ada sedikit gejolak marah dalam hati. Aku datang kemari untuk sendiri. Menikmati sepi. Bukannya mencari "Wanita". Berhaha hihi. Lalu tipsy. Ada apa dengan diriku ini? Ah, masa bodoh dengan sendiri. Ayolah bertoleransi untuk malam ini. "Wanita" ini benar-benar begitu indah sekali. Sungguh sayang kalau harus disuruh pergi.
Tangan kami bersentuhan saat sedang tertawa-tawa. Entah ini disengaja atau tidak disengaja. Aku pilih untuk tak peduli saja. Toh, aku juga menikmatinya. Mukaku memerah. Begitu juga mukanya. Tak mau juga paham apa karena efek anggur merah atau karena reflek rangsangan indra perasa. Pikiran mulai gila. Ia mulai menggenggam tangan itu seakan ingin melempar sinyal pertanda mengisyaratku. Apa ini karena terbawa perasaan yang mulai mabuk? Ia mulai menghanyutkan. Memancingku untuk memiliki sesuatu lebih dari sekedar sebuah genggaman tangan. Bangsat kau "Wanita"! Aku kemari untuk mencari sendiri. Kau malah memancing birahi yang tak mampu kuhindari.
“Aku boleh tahu kesukaan kamu?”
“Kesukaanku? Hm… Mengoleksi lingerie dan bercinta dengan sepi. Di kamar sendiri dengan mainan MP4q"

“Bercinta dengan sepi? Maksud kamu, masturbasi?”

I’m not that sick and crazy! Hell, no! Aku menyukai kesendirian. Aku mencinta kesepian. Teman dan pasangan itu seperti kotoran manusia. Hangat tapi sesaat. Tidak dengan kesendirian dan kesepian yang selalu datang di antara celah keputusasaan. Kenapa aku tidak mencintai kesendirian saja kalau demikian?”
“Jadi itu alasan kamu sendirian sekarang? Ok. Aku mengerti.”

“Kamu sendiri, kamu bertanya pasti juga ingin ditanya, iya kan?”
“Aku gila bercinta.”
“Wuuuu…”
“Aku serius. Terkadang aku berpikir itu penyakit.”
“Bercinta kamu bilang penyakit?!”
“Penyakit, karena aku mampu bercinta hingga sepuluh kali dalam sehari.”
“Wow! Tongue tied.”
“Kadang aku ingin mengikuti terapi untuk berhenti, karena aku sungguh susah bertemu dengan orang yang benar-benar tepat di hati.”
Aku tersenyum miris. Mataku melempar pandangan ke arah lain saat ia memandangiku lekat, setelah ceritanya lewat. Mataku justru beradu dengan lelaki yang masih duduk sendiri di depan laptop yang kuperhatikan diawal tadi. Pandangan yang kuhindari di depan mataku malah menangkap mata lelaki lain yang seakan sedari tadi memperhatikan tanpa ragu membuang pandangan. Hanya beberapa detik. Seorang gadis, yang sepertinya ia tunggu sedari tadi sudah datang menghampiri. Gadis itu, usianya mungkin masih sebaya denganku. Wanita muda yang terperangkap di usia setengah dewasa, di antara umur dua puluh hingga dua puluh lima. Belum bisa dikatakan wanita seutuhnya, karena masih wanita setengah wanita. Dimana hidup masih dimulai dengan pengalaman yang penuh dengan cerita yang pelan-pelan dipupuk hingga waktu menjadi wanita saat sepenuhnya mapan di usia yang benar-benar dewasa. Mapan dengan pengalaman. Mapan dengan penghasilan. Mapan dengan kegilaan sehingga cukup mampu untuk tidak menjadi gila benaran.
Wanita muda itu bertubuh sintal. Rambutnya panjang hingga ke pinggang. Hitam, tergerai lurus, manipulasi bonding salon kecantikan. Kulitnya putih mulus. Tubuhnya berisi dan payudaranya pun benar-benar berisi. Lelaki itu, meraih pinggulnya sesaat ketika wanita itu berdiri di dekatnya. Mereka sempat bercakap-cakap sebelum wanita itu duduk. Aku tak tahu kenapa, tapi aku merasa perempuan sintal itu tidak pantas bersanding dengan eksekutif muda setampan dan semapan ia. Bukan karena perempuan itu masih terlalu muda dan terpaut usia yang cukup berbeda, tapi karena mereka benar-benar ’sungguh’ tak cocok saja. Perempuan yang pantas bersanding dengannya adalah wanita sesungguhnya usia dewasa. Seperti yang kukatakan. Wanita yang sudah mapan pengalaman, mapan penghasilan, mapan kegilaan, sehingga tidak menjadi bahan pembodohan. Dan, perempuan sintal itu sama sekali bukan kriteria wanita sungguhan seperti yang aku sebutkan.

Aku pikir, lelaki itu menunggu seseorang yang berkaki belalang, mengenakan sweater Banana Republic press body, dengan belt besar variasi di pinggang dipadupadankan dengan legging casual. Tapi, yang datang ternyata wanita bertubuh sintal dengan kaki gempal, tubuh berisi, payudara berisi, dibalut pakaian yang sama sekali bukan model dari koleksi terkenal, bahkan perpaduan yang sungguh terkesan asal. Ia mengenakan atasan yang terbilang sangat ketat dengan kerah V yang menonjolkan belahan dada menantang, dengan celana jins berwarna hitam yang tak kalah ketatnya. Ia terkesan murahan, mungkin saja wanita panggilan. Ia berbicara dengan ekspresi genit yang seakan dibuat se-sexy mungkin agar terlihat menggoda. Namun kurasa tolol saja.
Mungkin mereka akan kencan di sebuah hotel sepulang dari sini. Mungkin mereka bukan pasangan sejati. Apalagi suami istri. Jelas wanita itu tidak sama sekali terlihat seperti seorang istri. Dan, aku rasa lelaki itu cukup punya akal sehat yang masih berfungsi untuk tidak menjadikan wanita seperti ini sebagai istri. Tatapan tak berisi, yang seakan ia buat sexy bisa menjatuhkan harga diri laki-laki ini. Mana mungkin seorang eksekutif muda ingin beristri dengan wanita yang tatapannya seperti pelacur yang mencari mangsa, yang setiap saat suaranya keluar seperti mendesah. Kecuali kalau si lelaki tak punya logika. Tapi, aku percaya, wanita itu hanya selingan saja. Aku rasa lelaki itu hanya mencari selingan selain istri. Dan sepertinya wanita itu tak akan pernah protes kalau hanya dipakai dua-tiga kali lalu ditinggal pergi. Toh, ia juga hanya menjual diri. Mencari pria-pria yang tengah bosan dengan istri untuk diladeni.
Mereka beranjak. Lelaki itu meninggalkan sejumlah uang di bawah cangkir kopi, memeluk wanita itu dan pergi.

Aku tak sadar discjockey ini masih memperhatikanku. Tatapannya tak berubah dari sejak tadi kualihkan pandangan. Apa ia sedang mencoba membaca pikiran atau ia sedang berusaha kembali menggoda dengan mata. Jari jemarinya memainkan punggung tanganku, dengan gerakan seakan butuh perhatian.
“Apa kamu memang sendirian saat ini?”
“Kenapa memangnya?”
“Aku hanya ingin tahu celah kekosonganmu?”
“Maksud kamu?”
“Aku suka kamu.”
Bajingan. Aku menarik tanganku yang sedari tadi dimainkannya mencari perhatian. Menuangkan anggur ke dalam gelasku. Menenggaknya. Menuangkannya lagi. Menenggaknya. Dua-tiga kali. Memaki. Munafik kau "Wanita"! Aku ingin berlari, menjauhi "Wanita" itu. Sekarang kau, dewa Yunani, ingin mendekati diri. Kalau begini aku tak kan bisa berhenti memaki. Tatapannya benar-benar menggoda angan imajinasi, menawarkan diri, mengisi sepi. Tatapan lekat, genggaman erat, nafsu bangsat. Bastard! Rasa ini menjustifikasi keinginan pribadi. Aku memang butuh "Wanita", karena "Wanita"ku tak pernah mau peduli. Ia sibuk sendiri. Tak mau bertanya kemana aku pergi? Dengan siapa aku malam ini? Apa yang tengah aku lakukan saat ini? Aq Tipsy.
xxxxxx

Hangat itu bukan hangat suasana kafe. Tapi pelukan yang menyatu. Suara itu bukan suara lagu. Tapi suara akibat reaksi tubuh. Lembut itu bukan lembut lantunan musik yang mengalun. Tapi bibir yang mengulum. Mata itu bukan lagi mata yang bercerita. Tapi mata yang tertutup terbawa suasana. Peluk itu peluk yang sudah lama kucari. Cium itu cium yang sudah lama kumimpi, dalam sepi sendiri tempatku berlari. Ciuman jatuh ke hati. Tapi bukan hati sesungguhnya hati. Hati yang katanya ada di sebelah dada kiri. Sungguh aku tak mau peduli. Perasaan ini benar-benar ingin aku ingkari, terhadap "Wanita" yang sesungguhnya tidak aku miliki. Persetan dengan pasangan sejati! Toh, ia juga tak mau peduli. Dia tak pernah mau tahu lagi. Brengseknya "Wanita". Membuatku seakan tak bisa berhenti untuk tidak memaki. Tapi dengan siapa aku malam ini? Bukankah aku juga bersama manusia yang berjenis kelamin "Wanita"? Parahnya justru "Wanita" yang belum sepenuhnya aku kenali, yang tengah bergerilya mengenali kulitku dalam inci di balik badan yang masih terbalut pakaian. Pakaian berantakan. Pikiran tak karu-karuan. Aku penuh kekacauan.
Apa ini yang sedari tadi kucari? Apa memang aku mencari "Wanita"? Bukannya aku datang untuk mencari sepi dan menikmati sendiri? Aku seperti wanita yang kukata-katai tadi. Wanita muda yang jual diri, dengan lelaki yang mencari selingan selain istri. Apa aku mencari selingan selain pasangan yang tak punya perasaan? Biarpun tak punya perasaan dia masih pasangan. Dan aku tidak mencari pasangan lain untuk selingan. Aku sungguh datang untuk mencari sepi dalam sendiri yang ingin kunikmati. Lagi-lagi bukan "Wanita" yang kini penuh birahi.

“Maaf. Aku tidak bisa melakukan ini.”
Ia berhenti memeluk tubuhku. Aku merapikan pakaian yang menempel di badan dan duduk seutuhnya dalam posisi kaku. Ia berusaha tenang. Mengatur detak jantungnya yang berdegup kencang akibat efek adrenalin yang meninggi. Ia tidak memaki. Bersikap seakan pasrah diri meskipun permainannya tiba-tiba berhenti.
“Ada apa?”
“Tidak bisa. Tidak bisa saja.”
“Apa aku salah melakukan sesuatu?”
“Ini saja sudah cukup salah bagiku. Kamu hanya terbawa perasaanmu dan aku terbawa perasaanku.”
“Baik. Beri aku waktu untuk membuktikan.”
“Aku tidak butuh pembuktian. Tidak ada yang perlu dibuktikan.”
“Setidaknya berikan aku kesempatan.”
Aku tak mau tahu. Lebih baik aku berlalu dari pada diam membisu dan kaku, apalagi dengan tawaran-tawarannya yang bodoh bagiku. Ia meraih tanganku, kembali menatap, lekat. Erg! Tolong jangan mata. Tatap yang lain saja. Aku sungguh tak bisa bicara didepan mata yang begitu menggoda. Tapi, tidak. Aku masih punya logika.
Sex is a game. Love is name. Some say, you can play the game without the name. But, i can’t play it without the name. I don’t wanna leave the name.”
Aku menarik tanganku, kembali berlalu. Meninggalkannya terdiam membisu di kamar itu. Pantas saja kamu memang tidak pernah menemukan pasangan sejatimu. Kamu memang tidak pernah mengerti itu. Bagimu sex hanya permainan, in-and-out. Sex-mu tanpa rasa. Sex-mu hambar. Tak punya cinta. Sex-mu membuat wanita tak berharga.
Aku muak pada diri sendiri. Aku muak pada malam ini. Aku muak pada "Wanita" . Sex is ‘not’ about in-and-out, baby! Sex is about feel. Feel it with your heart. Play it with your love. Aku tak punya hati. Tak punya cinta. Tak punya perasaan karena dia bukan pasangan. Meskipun pasanganku dingin tak berperasaan, dia tetap pasangan. Walau ia tak peduli kemana aku pergi? Dengan siapa aku malam ini? Apa yang aku lakukan hingga sempat berbirahi tinggi? Ia tetap dan masih seseorang yang memerangkap hati. Uh! Persetan. Lebih baik aku kembali bercinta dengan sepi dan sendiri.

Rabu, 10 Maret 2010

My FeeLz Tonight....

Lagi UPdate2 FB,,
SambiL dgrin MP3 ...


TiBa MunCuL Lagu...
BeRurutan Bgt Lagi munCULnya,,,
N ketiGa lagu ITu jg bener2 ngegambarin PerasaaNQ skrg...


Lagu PerTama...
AKU BaHagia...Dgr Kata CintaMu...
Tp Aq Sedih..meneRima Kenyataan...
Bahwa Tak Hanya dirikU...
Yg MEnjadi MLikMu...
BahWa Tak Hanya DiriKu...
Yg MeneMani TiduRmu......N...Bla..Bla...Bla....


^ Begini SalaH beGitu SaLah.. By DEwi2


LaGU keDua...
MEsKi...
Kau Terus sakiti aku...
CiNta ini,,,Akan selalu memaafkan,,,
Dan Aku percaya nanti engkau...
Mengerti,,, Bahwa CintaKu takkan MAti...
^ BeRTahan Poenya RAMA..


Lagu KeTiga...

Cinta adalah misteri dalam hidupku
Yang tak pernah ku tahu akhirnya
Namun tak seperti cintaku pada dirimu
Yang harus tergenapi dalam kisah hidupku
Reff:
Ku ingin slamanya mencintai dirimu
Sampai saat ku akan menutup mata dan hidupku
Ku ingin slamanya ada di sampingmu
Menyayangi dirimu sampai waktu kan memanggilku
Ku berharap abadi dalam hidupku
Mencintamu bahagia untukku
Karena kasihku hanya untuk dirimu
Selamanya kan tetap milikmu
Back to Reff
Di relung sukmaku
Ku labuhkan s’luruh cintaku
Di hembus nafasku
Ku abadikan s’luruh kasih dan sayangku
^ Ku Ingin SelaManya... By UNGU...


Pas Bgt...
Pas Lagu Ketiga Yang keputer,,
Gw lagi Buka2 Group...
Cinta TErlarang (Sejuta Kisah Dalam dunia Belog)


Gak Tau napa,,,
Pgn aja masuk Ke Forum Diskusi...


Ada Judul "Cinta Mati"
Dan PertaNyaanNya....
"Secinta Apa Sih Kalian Dgn Pasangan Kalian?"


Jawaban Gw...


"SayaNG bgt...


BAhkan,,
Saat Dia mau minta jantung gw pun,, Bakal gw kasih...


Dy...


Nafas Gw...
AlasaN hidup gw walaupun banyak yg mandang gw "SINIS" krn pilihan Gw,,


But..
She Is my Choice..
I Love Her...


Sampai2,,,
Saat dy bener2 nyakitin aku pun,,
Aq masih tetep bisa bertahan...
SeHEbaT apapun Cara dy nyakitin Aq,,
MuLut ini masiH bs memaaFkan..
SetuluZ hati ini yg slalu memaFkan Dy...


Saat luka itu tiap hari makin Gede,,
Q tetep sayang ma dy...


LuF u PiH..."


SepeRti Lagu Ungu...


"KU INGIN SLAMANYA"


Lagu itu yg jadi penutup...
PEnutup semua Keputusan Gw...
Seperti Janji AwAL Mimmih...
WaLaupun SaaT itu mimmiih gak Tau Apa2...
 JanJi mimmih di TanggaL 8 FeB 2010..
~ "L" Is My LiFe... YOU is My ChoiCe..
You Know??? I Think..I Am gonna To Love You..
& I Learn To Give ALL my BEst JusT For You"


REmemBEr That Pih??


LuF U...
AlwaYz LuF U...


^ MimmiH

HeMmm....

Hari Nie...


CaPek Bgt....
Di kantor ada aja masalaH...


Tp gak berasa...
Krn td pippiih maen ke kantor,,
Trs jalan2 Dah....
walau Cm 2 jam,, Tp cukup mengesankan...
Yang capek, SumpeK, BT, jadi ilang seketika...


HUiiiFFttt...
Harus terbiasa dengan keadaan yg gak "Sendiri" di hatimu,,




LuF u PiH...


^Mimmiih..

Senin, 08 Maret 2010

Cinta....

tak selamanya cinta itu dapat bersatu
tak selamanya cinta sejati saling memiliki.
tapi jika kamu diberi anugrah untuk memiliki cinta itu
jangan pernah sia-siakan kesempatan indah itu..
dan jika suatu saat ada perpisahan
biarkan dia pergi dengan senyum..
jangan tahan langkahnya
karena mungkin itu yang terbaik..
asal ada keyakinan
asal kamu percaya pada keajaiban
benang itu tidak akan putus, melainkan abadi untuk selamanya..



^FaY

It's Me..

Me….
I don’t someone woman of letters
But I’m only woman usual who always fall in love
My self like as woman whom thirsty with love
A moment… I’m aware from my fancy
Because I impossible to hope something who for me just a dream
Although, sometime that’s a dream can be really and happiness
Me…
Sometime, I think…
Why woman’s in the world desire something love someone ?
That is a man
Whereas, a man it’s a enemy of the biggers for woman
In my life I’m always alone without someone in my side
Once day, I hope there’s the prince charming come approach me
But, it’s matter so impossible for me
This will do become a dream in my sleep
In the evening I see many stars in the sky
It seems to me and would I take one star to me
For accompany my sleep and like as light in my soul
And….
I’m promise that I will for waits someone longed for me
Until, my life end
And one again expression from my heart that :
“ I’m always save me I’m falling to you until you come for me"




^By : Mimmiih

My Heart come back...

I wait….
Always wait…
Wait for a long time…
Wait for a sacrifaction…
Wait for a heart that I miss…
Hope it can be mine…
And the next, I can give my heart….
The only one for my missing heart…
But, this evening…
When the sun disappeared,
I saw the moon who get my soul…
Makes me feel calm down…
I took the light, but I can’t see it again…
The next, I want to close my eyes…
Hope it can lost my sadness
‘coz I can’t find my missing piece…
Suddenly, there was a light come for me…
I can’t see it coz it blinking…
Then, I close my eyes back…
And I realize that it was my missing heart….
I cant stop my tears,
I cant stop my love…
This is my moment …
I’d like to stop the clock make time stand still…
Listening his words and whispering something
My heart feel come back…
My moment unforgettable 4ever and ever
I miss U…
I miss U my missing piece…

AkHiRnya..Jadi Juga Di Usia 1 BuLan Hub Q-ta.....

Hemmmm....


Pertama kali bikin blog,
Bukannya bikin blog pribadi,,,


malah bikin blog b'2 ma pippiih...hehehe


Gpp deh ...
KadO 1 bln pertama kita ya piH...

PippiiH...

PippiiH...

MimmiiH....

MimmiiH....